BERBICARA
(MULAILAH DENGAN
HATI)

DISUSUN
KELAS
PBSI C
KELOMPOK
VIII
WIDIA ASTUTI 1551040038
SOFIA RANTI 1551040046
EVI SULVIANI 1551042018
NUZUL RIANTO RAMADHAN 1551041036
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015/2016
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang...................................................................................................1
2.
Rumusan Masalah..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
1. Memulai dengan diri hari…………………………………………………….2
2. Penyimpangan
yang sering terjadi dalam percakapan……………………….11
3. Menolak
pilihan si bodoh……………………………………………………13
4. Membuka
diri terhadap perubahan…………………………………………15
5. Menyadari
kata dan………………………………………………………16
6. Apakah
ini sungguh-sungguh………………………………………………17
BAB IV PENUTUP
1.
Kesimpulan......................................................................................................19
2.
Saran................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................20
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad Saw.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Mulailah dengan Hati”,
yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di
susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini
dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun. Terima kasih.
Makassar, 6 April 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kita
butuh meningkatkan keahlian dialog personal kita. Meskipun sulit menyebutkan
urutan-urutan dalam sebuah percakapan, kita tahu satu hal yang pasti:
orang-orang yang ahli mulai dengan hati. Artinya, mereka memulai percakapan
yang berisiko tinggi dengan motif yang benar dan mereka tetap focus apapun yang
terjadi.
Orang-orang
yang mengajukan pilihan Si Bodoh tidak memikirkan pilihan ketiga (yang sehat)
dalam kasus ini yang dipilih adalah kejujuran yang tragis atau membuat dikotomi
yang salah sebagai cara untuk membenarkan perilaku yang buruk.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana memulai sesuatu dengan diri hari?
2. Mengapa
penyimpangan sering terjadi dalam percakapan?
3. Bagaimana
menolak pilihan si bodoh?
4. Bagaimana
membuka diri terhadap perubahan?
5. Bagaimana
menyadari kata dan?
6. Apakah
ini sungguh-sungguh mungkin dalam percakapan?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
MULAILAH DENGAN
HATI
a. Bagaimana
Tetap Fokus pada Apa yang Sungguh Anda Ingingkan
“Bagaimana’’ berdialog. Bagaimana cara anda
mengupayakan aliran makna, ketika yang sedang terjadi adalah perbedaan pendapat
dan emosi yang meledak-ledak? Melihat pengalaman orang-orang biasa, hal
tersebut sulit dilakukan. Tetapi pada kenyataannya, orang-orang dapat berubah. Butuh usaha anda berupaya
keras untuk melihat diri anda sendiri.
Prinsip pertama dari sebuah dialog-mulailah dengan
hati, hati anda sendiri. Jika Anda tidak memahami diri sendiri dengan benar,
Anda akan sulit memulai dialog yang benar. Ketika komunikasi menjadi krusial, Anda
akan kembali ke cara-cara komunikasi yang biasa Anda pakai berdebat,
memanipulasi, dan lain-lain.
b. Ketika
Anda Tidak Mulai Dari Diri Sendiri
Kita mulai dengan suatu kisah nyata. Setelah
menghabiskan sore yang panas di Disneyland dua anak perempuan kakak beradik dan
ayahnya bergegas masuk ke kamar hotel. Dan keduanya sangat ingin buang air
kecil. Tetapi hanya ada satu toilet, kemudian terjadilah pertengkaran. Kedua
anak yang sudah kebelet ini mulai berargumentasi, saling mendorong, dan
mengata-ngatai di kamar kecil. Bahkan salah satunya memanggil sang ayah untuk
meminta bantuan.
“Ayah, aku ada di sini lebih
dahulu!’’
“Aku tahu, tapi aku lebih ingin
pipis!’’
“Bagaimana kamu tahu? Kamu kan tidak
tahu apa yang aku rasakan. Aku bahkan belum pipis sedari pagi!’’ “Kamu egois
banget.”
Kemudian si ayah mengajukan sebuah
rencana. “Anak-anak, kalian pecahkan sendiri masalah ini. Kalian boleh ada di
sini terus dan pecahkan sendiri siapa yang pertama dan siapa yang kedua. Tapo
hanya ada satu peraturan, tidak boleh memukul.”
Begitu kedua anak memulai percakapan
krusial mereka, si ayah melihat jam tangannya. Dia bertanya-tanya akan
berlangsung berapa lama. Menit berlau, yang didengar hanya pertengkaran.
Akhirnya setelah 25 menit, terdengar suara siraman air, dan seseorang anak
keluar. Satu menit kemudian terdengar suara siraman, dan seorang anak yang lain
keluar. Ketika dua anak itu sudah berada di kamar,si ayah bertanya, “kalian
tahu sudah berapa kali akan bisa bolak-balik ke kamar kecil jika kalian tadi
tidak bertengkar?’’
Sebelumnya, kedua anak itu tidak
menangkap makna yang ingin disampaikan ayahnya, tetepi begitu mereka
menangkapnya, jelas sekali apa yang langsung mereka simpulkan.
“Bisa berkali-kali Ayah, seandainya
dia tidak bertingkah laku seperti itu.”
“Coba dengarkan dia. Dia mengata-ngatai
aku padahal dia bisa tunggu sebentar. Dia selalu berbuat seenaknya sendiri!”
c. Jangan
Melihat Aku!
Orang-orang yang terbaik dalam berkomunikasi megerti
kenyataan ini dan mengubahnya menjadi prinsip “Tangani diri saya dulu”. Mereka
tidak hanya menyadari bahwa mereka akan mendapat keuntungan dengan memperbaiki
pendekatan mereka sendiri, tapi juga bahwa satu-satunya orang yang bisa mereka
garap adalah diri mereka sendiri. Orang lain mungkin perlu berubah, atau kita
sangat ingin berubah, tapi hanya ada satu orang yang dapat terus-menerus kita
bentu, kita semangati, dan kita beri inspirasi berapapun kadar kesuksesannya
yaitu diri kita sendiri.
Ada suatu ironi yang terkandung dalam kenyataan ini.
Orang-orang yang percaya bahwa mereka harus mulai dengan diri mereka sendiri
benar-benar melakukannya. Ketika mereka mulai bekerja dengan diri mereka
sendiri, mereka semakin ahli dalam berdialog. Dan inilah ironinya, justru
orang-orang yang paling berbakat, bukan yang kurang, yang terus menerus
berusaha meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. Seperti yang sering terjadi,
orang kaya bertambah kaya.
Mulailah Dengan Hati
Kita butuh meningkatkan keahlian
dialog personal kita. Meskipun sulit menyebutkan urutan-urutan dalam sebuah
percakapan, kita tahu satu hal yang pasti: orang-orang yang ahli mulai dengan
hati. Artinya, mereka memulai percakapan yang berisiko tinggi dengan motif yang
benar dan mereka tetap focus apapun yang terjadi.
Mereka mempertahankan focus denagn
dua cara. Pertama, mereka sungguh-sungguh tahu apa yang mereka inginkan. Mereka
menolak godaan yang mengajak mereka melenceng dari tujuan. Kedua, orang-orang
ahli tidak mengambil Pilihan si Bodoh (pilih yang ini atau itu). Tidak seperti
orang banyak yang membenarkan perilaku buruk mereka dengan mengatakan bahwa
mereka tidak punya pilihan lain, selesaiai bertengkar atau melarikan diri,
orang-orang ahli dialog percaya bahwa apa pun kondisinya berdialog adalah
sebuah pilihan yang dapat diambil. Mari kita lihat satu persatu asumsi-asumsi penting
mengenai hati ini.
1. Waktu
Kebenaran
Untuk
melihat bagaimana keinginan hati dapat mempengaruhi kita untuk tetap berdialog,
lihatlah contoh yata berikut ini.
Gerta, seorang CEO perusahaan
berkurung sedang, dua jam lagi akan rapat dengan para manajer. Selama enam
bulan Gerta sedang mengadakan kampanye untuk menekan biaya dalam perusaaan.
Hasilnya sangat sedikit hingga saat ini, dan itulah sebabnya dia mengadakan
rapat. Tentu orang akan mengatakan kepadanya mengapa mereka belum memulai
memangkas biaya. Sebab, ia telah bersusah-payah mengedepankan keterusterangan.
Greta baru saja membuka rapat ketika
seorang manajer dengan gugp berkata bahwa dia ingin mengajukan sebuah
pertanyaan yang sangat sulit. Dari caranya mengatakan kata sangat, terdengar
seola-olah dia ingin bertanya apakah Gera menculi seorang anak.
Manajer yang gugup ini melanjutkan.
“Greta, Anda telah mengusahakan agar
kami menemukan cara memotong biaya selama enak bulan ini. Saya berbohong jika
saya mengatakan bahwa kami telah member banyak kepada Anda. Jika Anda tidak
keberatan, saya akan mengatakan kepada Anda suatu hal yang membuat kami merasa
sulit untuk memotong biaya.”
“Bagus. Katakana saja,” Greta
berkata sambil tersenyum.
“Hmmmmm, ketika Anda meminta kami
menggunakan kedua sisi kertas dan mengirit, Anda malah membangun kantor kedua.”
Greta terpaku dan wajahnya memerah.
Semua orang menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Si manajer melanjutkan.
“dan menurut berita, perabotannya
saja menelan biaya 150 ribu dolar. Apakah benra?
Nah, disinilah percakapan berubah
menjadi krusial. Seseorang baru saj menuang stitik nilai ke dalam wadah makna.
Akankah Greta menghargai kejujuran ini atau akan menyuruhnya diam?
Kami menyebut percakapan ini sebaga
percakapan krusial karena cara Greta bertindak tidak hanya akan membentuk sikap
orang-orang terhadap rencana pengurangan biaya, tetapi juga akan berdampak
besar pada bagaimana para manajer lain akan berpikir tentang Gerta. Akankah dia
membicarakan hal yang jujur dan tebuka ini? Ataukah dia akan bertundak munafik,
sama seperti CEO-CEO lain sebelum dia?
2. Akankah
Kita Terperangkap
Bagaimana Gerta bertindak selama
percakapan krusial tergantung pada caranya menangani emosi ketika dia diserang.
Ketika dia menulis pesan maupun memberikan pengarahan, Greta mengatakan yang
sebenarnya. Gerta adalah seorang yang tulus. Tetapi bagaimana sekarang? Akankah
dia berterimakasih kepada rekannya Karena telah mengambil resiko besar dan
berkata jujur?
Jika dia kebanyakan dari kita, Gerta
akan membela diri. Ketika kita sedang berada dalam kesulitan karena percakapan
berisiko tinggi, motif baru (tapi tidak sehat) akan timbul, menggantiakan motif
awal kita yang biasanya lebih mulia. Jika anda berada di depan kerumunan orang
yang bersikap bermusuhan, anda pasti akan mengubah tujuan awal anda menjadi
tujuan baru yaitu menjaga citra ana di drpan umum.
“Maaf,” Anda mungkin merespon seperti
ini. “Saya rasa kantor baru saya bukanlah topk
tepat untuk dibahas di forum ini.”
Dor.
Anda kalah. Dalam satu tipuan anda telah kalah, menghancurkan semua
harapan akan perilaku tulus dan jujur dalam percakapan biasa ini, dan
meyakinkan kecurigaan semua orang bahwa Anda memang menginginkan kejujuran,
tetapi hanya sejauh itu membuat anda kelihatan baik.
3. Pertama,
berfokuslah pada yang sesungguhnya anda inginkan
Sesungguhnya, Greta tidak menyerah pada keinginan
hati untuk membela diri. Setelah dituduh tiak melaksanakan ucapannya sendiri,
pertama dia merasa terkejut, malu, dan mungkin sedikit kesal. Kemudian dia
mengambil napas panjang dan berkata: “Anda tahu? Kita butuh bicara tentang ini.
Saya senang Anda menanyakan hal tersebut, sehingga member kita kesempatan untuk
mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi,”
Kemudian Greta mulai berbicara. Ia menjelaskan bahwa
ia merasa sebuah kantor dibutuhkan, dan mengakui kalau ia sama sekali tidak
memperhatikan harganya. Jadi ia meminta seseorang untuk melihat harganya.
Sementara itu, dia melanjutkan menerangkan bahwa kantor baru dibangun atas
saran bagian pemasaran agar meningkatkan citra perusahaan dan meningkatkan
kepercayaan klien. Walaupun Greta akan menggunakan kantor tersebut, bagian
pemasaranlah yang terutama akan memakainya sebagai kantor. Ketika ia melihat
anggaran untuk kantor itu, ia terkejut dan mengakui bahwa seharusnya ia
meneliti biayanya dulu sebelum menandatangani perintah kerja. Kemudian, Greta
berjanji untuk membuat rencana baru, agar anggaran bisa dipotong setengahnya
atau bahkan menggagalkan proyek tersebut.
Kami bertanya pada Greta, bagaimana ia mampu menekan
kesalahannya. Kami ingin tahu apa yang berkecamuk delam pikirannya. Apa yang
membuatnya mampu bergerak dari rasa malu dan marah menjadi berterima kasih?
“Mudah saja, kata Greta. “ Pada awalnya saya memang
merasa diserang, dan ingin menyerang balik. Saya ingin memperlihatkan pada pria
itu. Dia telah menyerang saya di depan umum dan dia salah.”
“Kemudian sebuah pemikiran dating,” ia melanjutkan.
Mengabaikan kenyataan dua ratus pasang mata yang sedang mengamati, sebuah
pertanyaan penting menghantam saya bagaikan satu ton batu-bat: “apa yang
benar-benar saya inginkan di sini?”
Mengajukan pertanyaan ini pada dirinya sendiri
mempengaruhi cara berpikir Greta. Begitu ia dengan cepat menyadari bahwa
tujuannya adalah mendorong dua ratus manajer ini agar mau mengusahakan
pengurangan biaya dan merekalah yang akan mempengaruhi ribuan karyawan lainnya
agar berbuat sama.
Ketika Greta merenungkan tujuannya, ia menyadari
bahwa halangan terbesar yang dihadapi adalah anggapan orang-orang bahwa ia
adalah seorang munafik. Di satu sisi ia meminta orang lain agar berkorban,
tetapi di sisi lain ia terlihat mengeluarkan banyak uang untuk kenyamanan
dirinya sendiri. Saat itulah ia tidak lagi merasa malu atau marah, tetapi
bersyukur . dia tidak dapat meminta kesempatan yang lebih baik untuk
mempengaruhi para pemimpin di perusahaannya, kecuali saat ini ketika ia
mendapat pertanyaan yang mengena. Jadi ia memutuskan untuk melanjutkan dialog.
Memusatkan kembali pikiran Anda. Sekarang mari
berpindah ke dalam situasi yang mungkin Anda hadapi. Anda berbicara dengan
seseorang yang sama sekali tidak setuju dengan anda mengenai suatu masalah
pelik. Bagaimana agar semua tujuan tercapai? Saat Anda memulai diskusi,
mulailah dengan melihat kembali motif anda. Tanyakan kepada diri Anda, apa yang
sebenarnya Anda inginkan.
Saat percakapan dibuka, dan Anda menemukan bahwa
pendapat anda berbeda denagn bos atau bersikap dingin terhadap pasangan Anda,
maka Anda harus memberikan perhatian lebih pada apa yang sedang terjadi dengan tujuan Anda. Apakah
Anda mulai mengubah tujuan Anda untuk menyelamatkan muka, menghindari malu,
untuk menang, dibenarkan, atau menghukum orang lain? Di sinilah jebakannya.
Motif kita biasanya berubah begitu saj, tanpa didahului pemikiran sadar. Ketika
adrenalin mulai berpikir untuk kita,motif kita hanyut terbawa arus kimia.
Agar dapat kembali ke motivasi awal, Anda harus
menjauh dan interaksi dan melihat diri sendiri seperti orang asing. Bertanya
kepada diri sendiri; “Apa yang saya lakukan, dan jika saya harus menebak,
apakah motif saya yang tersembunyi?” saat Anda berusaha jujur pada diri sendiri
untuk menemukan motif Anda, Anda mungkin akan menyimpulkan: “coba lihat. Saya
ngotot, berargumentasi melebihi yang saya percayai, dan melakukan segala hal
agar menang. Saya berubah dari mencoba menemukan argumentasi.”
Ketika Anda mempertanyakan perubahan keinginan Anda,
Anda dapat mengusahakan secara sadar untuk mengubahnya lagi. “yang saya
inginkan adalah sungguh-sungguh mencoba menetukan tempat berlibur yang
menyenangkan semua orang dan bukan membuat semua orang mengikuti ide saya.
“ringkasan, jika Anda tahu permainannya, Anda dapat menyetop permainannya.
Tetapi bagaimana caranya? Bagaimana Anda dapat
mengetahui apa yang telah terjadi pada diri Anda, berhenti bermain, dan
kemudian mempengaruhi motif Anda sendiri? Lakukan seperti Greta. Berhenti dan
bertanya pada diri Anda sendiri pertanyaan-pertanyaan yang mengembalikan Anda
ke dialog. Anda dapat menanyakan pertanyaan ini, baik ketika Anda tergelincir
dari dialog mapun sebagai peringatan ketika Anda bersikap masuk ke dalam
percakapan krusial. Di bawah ini adalah conoth-contoh pertanyaan yang bagus:
Apa
yang sungguh-sungguh saya inginkan untuk diri saya?
Apa
yang benar-benar saya inginkan untuk orang lain?
Apa yang benar saya inginkan untuk hubungan ini?
Apa yang benar saya inginkan untuk hubungan ini?
Begitu
anda telah menanyakan diri Anda apa yang Anda inginkan, tambahkan satu
pertanyaan penting lagi:
Bagaimana
saya akan berindak jika saya benar-benar menginginkan hasil ini?
Temukan arah Anda. Ada dua alas an bagus
untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini. Pertama, jawaban menegani hal yang
sebenarnya kita inginkan membantu kita menempatkanarah kompas. Walaupun kita
digoda untuk menempuh jalan yang salah oleh 1) oaring-orang yang memancing
perkelahian, 2) ribuan tahuan pembentukan genetic yang membuat kita mudah
marah, dan 3) kebiasaan kita yang selalu ingin menang, kompas kita akan membawa
kita kembali ke tujuan awal.
“Apa yang sesungguhnya saya inginkan? Oh
ya, tentu saja bukan membuat orang lain berkelit tidak karuan atau menjaga
citra diri mereka secara berlebihan di depan umum. Saya igin orang-orang
berbicara bebas dan terbuka menegnai masalah pemotongan biaya.”
Kendalikan tubuh Anda. Alasan kedua
mempertanyakan apa yang sesungguhnya kita inginkan tidak kalah penting. Ketika
kita bertanya apa yang benar-benar kita inginkan, kita mempengaruhi seluru
fisiologi kita. Ketika kita mengajukan pertanyaan kompleks dan abstrak pada
pikiran kita, bagian pencari solusi pada otak kita mengenali bahwa kita sedang
menghadapi persoalan social yang sulit dan bukan ancaman fisik. Ketika kita
menghadapkan otak kita dengan pertanyaan sulit, tubuh kita mengirimkan darah ke
bagian otak yang membantu kita berpikir, dan bukan ke bagian tubuh yang membuat
kita lari atau berkelahi.
Bertanya mengenai apa yang benar-benar
kita inginkan membantu kita dengan menyediakan dua alasan penting. Dua,
menyegarkan otak sehingga membantu kita tetap pada fokus.
B.
PENYIMPANGAN
YANG SERING TERJADI
Saat
kita memulai percakapan krusial, dengan maksud menemukan aliran makna, banyak
dari kita yang justru dengan cepat mengubah tujuan awal kita menjadi tujuan
yang kurang sehat. Contohnya, ketika Greta merasa diserang di muka umum, reaksi
pertamanya adalah ingin menyelamatkan muka bagaimanapun caranya. Selain itu,
ada juga keinginan untuk menang, membalas dendam, dan berharap untuk tetap
selamat.
Keinginan untuk menang.
Hal ini yang paling sering terjadi. Hanya Tuhan yang tahu betapa manusia lahir
di dunia ini dengan nafsu untuk menang. Separuh dari program-program TV yang
kita tonton menampilkan pahlawan-pahlawan yang menang dalam pertandingan
olahraga atau permainan apa pun. Baru sepuluh menit di TV, kita belajar bahwa
jika kita ingin mendapatkan perhatian dari guru, kita harus menjawab dengan
benar. Itu artinya kita harus mengalahkan murid yang lain. Keinginan untuk
menang ini bahkan mulai terbangun dalam diri kita jauh sebelum kita menyadari
apa yang terjadi.
Sayangnya,
ketika kita bertambah tua, kebanyakan dari kita tidak tahu bahwa keinginan
untuk menang ini terus-menerus akan menjauhkan kita dari percakapan yang sehat.
Kita mulai dengan tujuan memecahkan masalah, tetapi ketika orang menaikkan
bendera merah utnuk menyatakan kesalahan kita atau atau menantang kebenaran
kita, kita mengubah tujuan dengan dada yang berdebar-berdebar.
Pertama,
kita berusaha membenarkan fakta. Kita beralih dengan membenarkan detail yang
tidak perlu dan menunjukkan kesalahan pada argumentasi orang lain.
“Anda
salah! Kami tidak menghabiskan uang sebanyak 150 ribu dolar untuk perabotan.
Mendesain ulang kantor yang membutuhkan biaya banyak, bukan perabotannya.”
Tentu
saja, yang lain akan berusaha membuktikan pertanyaan mereka, akhirnya kita
tidak lama lagi akan mengubah tujuan dan berusaha membenarkan kesalahan menjadi
ingin menang.
Jika
Anda meragukan pertanyaan sederhana ini, inagt kembali pada dua anak perempuan
yang bertengkar di dalam kamar mandi. Tujuan awal mereka sebenarnya sederhana
melegakan diri, buang air. Tetap dengan cepat, mereka terjebak dalam permanan
mereka sendiri yang menyakitkan, mereka saling
mengata-ngatai dan berkeinginan kuat untuk melakukan apa saja agar
menang bahkan jika mereka berdua harus merasa tidak nyaman sendiri.
Membalas dendam.
Terkadang, ketika kemarahan memuncak, kita berpindah dari keinginan menang
menjadi keinginan untuk menyakiti orang lain. Tanyakan pada Greta. “Persetan
dengan komunikasi yang jujur!” Greta
berpikir sendiri. “ Akan saya ajari orang jelek ini agar tidak menyerang saya
di depan umu. “Pada akhirnya, ketika emosi memuncak, tujuan kita berbalik 180
. Kita bergerak sangat
jauh dari keinginan menambahkan makna pada wadah bersama, karena yang sekarang
kita inginkan adalah melihat orang lain menderita.
“Saya
tidak percaya Anda telah menuduh saya membuang-buang uang untuk membangun
kantor yang bagus. Sekarang, jika tidak memiliki pertanyaan bagus, mari kita
lanjutkan!”
Semua
orang tiba-tiba terdiam dan tertunduk. Ketenangan yang mencekam.
Berharap tetap selamat.
Tentu
saja, kita tidak selalu ingin membetulkan kesalahan, menyerang orang secara
agresif, atau tanpa perasaan ingin membuat orang menderita. Terkadang kita
memilih yang aman saja daripada harus berdialog. Daripada menambahkan sesuatu
pada wadah makna dan menimbulkan gelombang-gelombang di sepanjang jalan, kita
memilih diam. Kita merasa sangat tidak nyaman dengan konflik di depan mata,
kita bahkan menerima kepastian hasil yang buruk untuk menghindari kemungkinan
percakapan yang tidak menyenagkan. Akhirnya kita memilih (setidaknya dalam
pikiran kita) kedamaian ketimbang konflik. Jika ini terjadi dalam kasus Greta,
tidak ada orang yang akan mempertanyakan soal kantor baru, Greta tidak akan
belajar tentang masalah yang sebenarnya, dan orang-orang akan terus menarik
hati.
C.
KEDUA,
MENOLAK PILIHAN SI BODOH
Sekarang, mari tambahkan satu lagi alat yang membantu
kita berfokus pada apa yang benar-benar kita inginkan. Kita mulai dengan sebuah
cerita.
Dewan guru di SMA Beaumont
mengadakan rapat sepulang sekolah untuk mempertimbangkan perubahan kurikulum.
Rapat ini sudah berlangsung berjam-jam. Dan sekarng jurusan IPA mendapat
giliran berbicara.
Royce, guru kimia yang sudah
mengajar di SMA Beaumont selama 33 tahun, memandang dirinya sebagai orang yang
dituakan di SMA ini. Ia sebenarnya lebih menyukai kisah-kisah peperangan
ketimbang neutron dan elektron, tetapi administrasi sekolah sepertinya menutup
mata, karena ia sudah terlalu lama disitu.
Atas isyarat kepala sekolah, Royce
berdehem dimulai berbiacara melantur tentang persamaan antara pengembangan
kurikulum dan persiapan perang. Kekonyolannya sangat menggelikan sehingga yang
hadir bersusah payah menahan tawa.
Setelahnya giliran Brent, si anak baru. Dua minggu sebelumnya, kepala
sekolah telah memintanya membuat rancanagan perubahan kurikulum di jurusan IPA.
Brent menemui semua kolegannya (bahkan Royce), mengumpulkan saran-saran, dan
siap untuk mempresentasikan.
Ketika Brent mulai, Royce malah
memperagakan serangan bayonet dengan memakai tongkat pengukur, dan Brent
terbelalak. Sambil memukulkan tinjunya ke meja, Brent berteriak, “Apakah saya
satu-satunya orang yang bingun mengapa kita membiarkan fosil ini berbicara? Dia
lupa minum obat atau apa sih?”
Ruangan penuh dengan wajah terkejut
memandang kearah Brent. Menyadari bahwa kolegannya mungkin menganggap dia
kerasukan, Brent semakin mengeluarkan kata-kata kasar, ”Hei, jangan lihat saya
seperti itu! Hanya saya disini yang berani berbicara yang sebenarnya.”
Tak-tik yang bukan main. Brent
menghajar Royce di depan umum, dan kemudian tanpa meminta maaf atau sekedar
menyesal, ia berargumentasi bahwa apa yang dia lakukannya itu perbuatan mulia.
Dua
pilihan yang buruk. Strategi yang merusak ini sangat pas bilah kita ingin
terus beradah di luar jalur. Hal tersebut dikenal sebagai pilihan si bodoh.
Agar bisa membenarkan perbuatan yang tiak terpuji, kita mengatakan bahwa kita
terjebak dalam dua pilihan yang sulit. Kita bisa memilih untuk jujur dan
menyerah pasangan kita atau kitabersikap baik tetapi diam memendam kebenarannya
kita bisa memilih untuk tidak setuju dengan bos kita ketika berusaha membantu
membuat pilihan yang lebih baik dan dimarahi karenanya atau kita bisa tetap
diam, dalam ketidakpuasan, dan mempertahankan perbuatan kita. Pilihan racun
anda.
Yang menjadikan ini pilihan Si Bodoh
adalah pola pikir yang menganggap bahwa hanya ada dua pilihan itu yang
tersedia, tidak ada yang lain. Itulah yang terburuk dalam cara berpikir yang
ini atau yang itu. Orang yang membuat pilihan tersebut tidak pernah menyarankan
adanya pilihan ketiga, pilihan yang sehat. Contohnya, mungkin ada satu cara
yang jujur dan terhormat. Mungkin ada cara untuk mengungkapkan pendapat kita
kepada bos dan tetap aman.
Orang-orang yang mengajukan pilihan
Si Bodoh tidak memikirkan pilihan ketiga (yang sehat) dalam kasus ini yang
dipilih adalah kejujuran yang tragis atau membuat dikotomi yang salah sebagai
cara untuk membenarkan perilaku yang buruk. “Maafkan saya, tetapi saya harus
menghancurkan citra diri orang itu jika saya ingin integritas saya tetap
bertahan. Memang bukan hal yang baik, tetapi itu adalah hal yang benar untuk
dilakukan.”
D.
MEMBUKA
DIRI TERHADAP PERUBAHAN
Pilihan
Si Bodoh bukan hanya membuat kita berperilaku tidak efektif, tetapi juga
membuat kita tidak bisa berubah. Pilihan itu memperlihatkan kepada otak kita
masalah-masalah yang mudah diselesaikan hanya dengan sedikit aliran darah. Lagi
pula, jika kita harus memilih antara lari atau berkelahi, siapa yang butuh
untuk berpikir kreatif?
Mereka juga membuat kita terjebak
pada strategi yang tidak efektif dengan membenarkan perilaku kita yang
menyerang atau diam. “Mengapa mengubah perilaku bila kita menjadi satu-satunya
orang yang cukup bijak untuk tetap diam?” “Menentang si bos? Kamu habis jatuh
dari gerobak apa?’ “Mengatakan pada pasangan sayabahwa pola usahanya terlalu
mengontrol? Tidak akan. Saya harus menebusnya selama bertahun-tahun.”dengan
kata lain, mengapa Anda harus berubah kalau Anda pikir Andalah satu-satunya
orang yang punya integritas? “Seseorang harus mengatakan kejujuran sekalipun
itu buruk. Itulah satu-satunya cara bagi saya agar tidak kehilangan muka.”
Ringkasnya, pilihan Si Bodoh adalah
sebuah kompromi yang terlalu digampangkan, yang menjauhkan kita dari pikiran
kreatif untuk dapat berdialog, dan yang membenarkan permainan konyol kita.
Jadi bagaimana kita dapat
menghindari logika yang keliru ini, yang membuat kita terjebak dalam perilaku
yang menyakitkan?
E.
MENYADARI
KATA DAN
Orang-orang yang terbaik dalam
berdialog menolak pilihan Si Bodoh denganmembuat pilihan-pilihan baru. Mereka
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit kepada dirinya sendiri
pertanyaan yang mengubah pilihan kalau tidak ini berarti itu menjadi perncarian
atas dan yang sangat penting namun sulit ditangkap (Anda tahu, dan adalah
spesies yang langkah). Beginilah caranya.
Pertama,
perjelas apa yang sesungguhnya Anda inginkan. Anda
dapat mengawali dengan baik jika Anda tahu apa yang Anda inginkan untuk diri
sendiri, untuk orang lain, dan untuk hubungan Anda, maka Anda berada dalam
posisi menghindari pilihan Si Bodoh. “Yang saya inginkan adalah suami saya
lebih dapat dihandalkan. Saya telah dikecewakan olehnya ketika menepati
janjinya kepada saya.”
Kedua, perjelas apa
yang sesungguhnya Anda tidak inginkan. Inilah kunci untuk
membentuk pertanyaan dan. Pikirkan
apa yang Anda takuti akan terjadi jika Anda mundur dari strategi Anda, kemudian
hanya berusaha untuk menang atau mencari selamat. Hal buruk apa yang akan
terjadi jika Anda berhenti berusaha dengan keras? Atau jika Anda berhenti
berusaha untuk lari? Hasil terburuk apa yang membuat bermain menjadi terlihat
menarik dan merupakan pilihan yang masuk akal?
“Yang tidak saya inginkan adalah
mengalami percakapan yang penuh emosi dan sia-sia yang membuat perasaan menjadi
buruk dan mengubah apa pun .”
Ketiga,
biarkan otak Anda memikirkan persoalan yang lebih kompleks. Akhirnya,
kombinasikan langkah pertama dan kedua kedalam sebuah pertanyaan dan, yang akan
memaksa Anda untuk mencari pilihan yang lebih kreatif dan produktif daripada
berdiam diri dan bertindak keras.
”Bagaimana saya bisa berbicara terus
terang dengan suami saya tentang harapan agar ia menjadi lebih dapat diandalkan
dan tidak menciptakan perasaan yang buruk ataupun menghabiskan waktu?”
Menarik untuk melihat apa yang
terjadi ketika orang-orang diberi pertanyaan
dan setleha mereka terjebak pada Pilihan Si Bodoh. Wajah mereka kelihatan
merenung, mata mereka terbuka lebih lebar, dan mereka mulai berpikir. Dan tidak heran, ketika mereka ditanya: “Apakah ada cara
lain yang mungkin agar kita mendapatkan keduanya?” mereka menjawab kemungkinan
besar ada.
Apakah
ada cara untuk mengatakan pada sejawat Anda mengenai kekhawatiran Anda dan tiak menhina serta serangannya?
Apakah
ada cara untuk berbicara kepada tetangga Anda tentang perilakunya yang
mengganggu dan tidak terdengar
menuntut maupun membenarkan diri sendiri?
Apakah
ada cara untuk berbicara dengan kekasih Anda tentang cara Anda mengeluarkan
uang dan tidak berakhir dengan
pertengkaran?
F.
APAKAH
INI SUNGGUH-SUNGGUH MUNGKIN?
Beberapa
orang berpikir bahwa semuanya ini seperti dalam komik, tidak nyata. Dari sudut
pandang mereka Pilihan Si Bodoh bukanlah dikotomi yang salah, itu hanyalah
cerminan atas realitas yang tidak menguntungkan.
“Apakah tidak dapat berbicara kepada
bos Anda tentang rencana kita. Taruhannya adalah pekerjaan Anda.”
Kepada orang-orang ini kami akan
mengatakan; Ingat Kevin? Dia, dan banyak pemimpin lainnya yang kami pelajari,
mengambil risiko apa pun untuk berbicara dan dapat mempertahankan kehormatan.
Mungkin Anda tidak tahu apa yang dilkakukan Kevin atau apa yang perlu Anda
lakukan tetapi jangan manyangkal keberadaan Kevin atau orang-orang seperti dia.
Ada pilihan ketiga di luar sana yang memungkinkan Anda mencari jalan tengah dan
terus membangun hubungan.
Ketika kami (para penulis)
mengadakan sebuah lokarkarya dan kami menyarangkan pilihan lain Si Bodoh,
seseorang berkata: “Mungkin Anda dapat berbicara dengan jujur dan masih dapat
didengar di organisasi yang lain, tetapi jika Anda coba di sini; “Anda harus
tahu kapan Anda harus diam jika Anda ingin bertahan di kemudian hari. “Dan
banyak orang menyetujui sanggahan-sanggahan itu.
Semua kami berpikir, mungkin memang
ada tempat-tempat di mana dialog tidak mungkin. Tetapi kemudian kami belajar
untuk bertanya: “Jadi, maksud Anda tiak seorang pun yang Anda kenal di tempat
Anda mampu bertahan dalam percakapan yang berisiko tinggi, yang mampu memcahkan
masalah dan membangun hubungan” biasanya ada, jika tidak ada yang memiliki
pertanyaan bagus, mari kita lanjutkan!”
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara
orang ahli berdialog ialah tetap focus pada tujuan mereka bahkan ketika
prosesnya bertambah sulit. Ketika mulai dari diri sendiri, ingatlah
satu-satunya orang yang dapat Anda kendalikan secara langsung adalah diri Anda
sendiri.
Ketika
Anda tahu apa yang Anda inginkan, perhatikan Anda mulai berbicara pada diri
sendiri mengatah ke pilihan si bodoh: perhatikan jika Anda mengatakan pada diri
sendiri bahwa Anda harus memilih antara kejujuran dan kedamaian, antara menang
dan kalah; bebaskan diri dan dari Pilihan Si Bodoh dengan mencari dani; dan perjelas apa yang tidak Anda
inginkan tambahkan pada apa yang Anda inginkan, dan tanyakan pada pikiran Anda
untuk mulai mencari pilihan yang lebih baik agar dapat mulai berdialog.
B. Saran
Makalah saya ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan
demi tercapainya kesempurnaan dari makalah saya ini kedepannya. Makalah ini
mempelajari bagaimana memulai sesuatu dengan hati dan pada diri sendiri. Kita
harus menciptakan suasana yang pas di dalam kelas. Mampu berbicara bahasa
Indonesia yang baik dan benar serta mampu mempraktikkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar